Disebuah pameran lukisan, aku bertemu dengan seseorang lelaki muda yang sangat pandai melukis. Lukisan yang ia buat dikagumi banyak orang. Bukan hanya sekedar lukisan biasa, setiap lukisannya mempunyai cerita tersendiri. Dan aku sangat menyukai setiap kisah yang ia ceritakan kepadaku. Kebanyakan tentang cerita romantisme. Aku penasaran, aku meminta untuk berjalan-jalan ke rumah kediamannya sekedar melihat-lihat koleksi lukisan lainnya. Dan sangat beruntung, aku diizinkannya.
Selesai
pameran, aku berangkat bersamanya. Rumahnya tidak jauh dari tempat pameran itu
berlangsung, cukup berjalan kaki selama lima belas menit kita sudah sampai.
Rumahnya tidak begitu besar, hanya ada satu ruangan besar untuk memamerkan
koleksi gambar-gambarnya dan satu ruangan yang ia tempati untuk berkerja.
Aku kemudian dia
ajak masuk kedalam ruangan kerjanya, sungguh suatu kehormatan bagiku. Dan aku lihat
ada sebuah lukisan yang hampir jadi yang ia kerjakan. Ukurannya sangat besar.
Sebuah mahakarya yang ia buat.
Lelaki itu
kemudian mempersilahkanku untuk duduk, melihat melukis dengan sangat hati-hati.
Aku tak berani bergerak sedikitpun, aku takut membuat suara-suara yang bisa
membuatnya tidk bisa berkonsentrasi.Sekitar pukul dua dini hari ia
menyelesaikan lukisannya. Dan sungguh luar biasa, ini salah satu dari sekian
banyak lukisannya yang paling sempurna yang pernah ia buat. Lukisan yang
katanya ia serupakan dengan seorang
wanita yang paling ia gilai. Ia kemudian mulai bercerita, dan aku sama sekali
tidak bosan dengan ceritanya itu.
Katanya, ia melukis
ini tepat pada hari dimana ia siap untuk mengangkat diri kembali semenjak ia
merasakan patah hati terhebat yang terakhir ia rasakan. Goresan demi goresan ia
lakukan dengan sangat teliti. Dan yang paling terakhir ia lukis adalah pada
bagian wajah. Ini adalah bagian tersulit, dan ini bagian terindah.
Sekitar pukul
dua dini hari, lelaki itu memasangnya pada bingkai yang telah ia siapkan. Gadis
itu benama Dee, nama yang ia samarkan seperti perasaannya yang telah lama ia sembunyikan.
Wajah yang tersenyum dengan warna kemerah-merahan dipipinya membuat ia semakin
terlihat manis. Seperti orang lupa diri, ia bersandar pada lukisan itu seraya
berbisik dengan pelan “Aku mencintamu.” Lelaki itu hampir tahu segala sesuatu
tentang Dee, seolah ia adalah bapak kandungnya sendiri.
Lelaki itu kerap
mengajakku untuk bercerita tentang apa saja
yang ada didunia ini. Tentang kisah-kisah yang tak aku dikenal. Tetapi kisah
yang paling banyak ia ceritakan adalah cerita tentang Dee. Lelaki itu nampak
bangga dengan semua ceritanya. Seperti bunga-bunga yang bermekaran di pagi
hari. Setiap kali bercerita tentang Dee, ia memang selalu bangga. Seolah semua
yang ia lakukan secara diam-diam akan membantunya. Aku benar-benar bingung.
Cara lelaki itu mengagumi Dee membuatku berfikir bahwa jatuh cinta berarti
jatuh gila.
Lelaki itu
memang kelewatan bodoh. Dan ia adalah seorang pengecut sejati. Ia mengagumi Dee
dari kejuhan dan tak pernah berani mendekat. Ia mungkin tahu segalanya tentang
Dee, tapi Dee, mungkin tak tahu apa-apa tentang dia. Ia sangat menyedihkan.
Dan satu tahun
ini, Dee yang ia cintai itu tetaplah sebuah lukisan yang menempel di dindingnya
yang memang dibuat tersenyum. Senyum yang terinspirasi dari seorang bidadari
bernama Dee.
dan kepada Dee..
ReplyDeleteAkankah kau tetap jd lukisan yg menggodaku dalam rindu yang diam ? Atau akan berganti baju menjadi manusia yang akan memandangku lamat lamat?? We'll see
Tunggu kisah selanjutnya.
DeleteKisah selanjutnya belom nongol yee ??
ReplyDeleteSeumanya reality life gue, jadi lama.
Deletekeren gan ceritanya ditunggu kisah selanjutnya
ReplyDeleteOke. makasih yah.
Delete